SPIRITKAWANUANEWS — Siapa tidak tahu dengan tanaman Nilam. Komuditas pertanian yang sedang viral ini terus menjadi sorotan karena dapat diproduksi menjadi minyak Nilam yang harganya mencapai jutaan perkilonya.
Salah satu tempat yang saat ini sedang masif memproduksi minyak nilam ini ada di Kecamatan Tompasobaru, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara. Kecamatan Tompasobaru kini menjadi sorotan sebagai pelopor produksi minyak nilam yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan perekonomian daerah.
Bahkan informasinya, kecamatan ini telah menarik perhatian investor asing yang tertarik untuk bekerja sama dalam ekspor minyak nilam mentah. Minyak nilam, atau Patchouli oil, merupakan bahan dasar yang sangat berharga dalam industri parfum, aroma terapi, kosmetik, dan obat-obatan.
Untuk memasifkan produksi minyak Nilam di Tompasobaru, sudah dibentuk juga Komunitas Petani Nilam Milenial di Minsel, yang digerakkan oleh Sandi Lonteng dan rekan-rekannya. Komunitas atau kelompok ini adalah yang pertama memulai penanaman bibit nilam di Tompasobaru sejak empat tahun lalu.
“Saat itu, harga minyak nilam masih berkisar Rp.300.000 per kilogram. Ketekunan kami dalam mengembangkan produksi minyak nilam kini membuahkan hasil. Bahkan banyak investor datang untuk memeriksa langsung lokasi produksi dan mengambil sampel untuk diteliti di laboratorium. Hasilnya, minyak nilam dari Tompasobaru dan Kabupaten Minsel terbukti memiliki kualitas terbaik, bahkan mengungguli produksi di Aceh dan Palu, Sulawesi Tengah,” ungkap Sandi Lonteng saat dihubungi, Rabu 28 Agustus 2024.
Saat ini harga minyak nilam telah meningkat pesat hingga hampir mencapai Rp.2.000.000 per kilogram. Melihat potensi ini, masyarakat berbondong-bondong beralih menanam nilam di ladang mereka, menggantikan tanaman padi, jagung, dan cengkeh. Proses penanaman yang relatif mudah serta panen yang dapat dilakukan berkali-kali menjadikan nilam sebagai tanaman yang sangat menguntungkan.
Tompasobaru kini tidak hanya menarik minat investor, tetapi juga menjadi pusat pelatihan bagi masyarakat dari luar daerah yang ingin belajar cara menanam hingga proses penyulingan minyak nilam.
“Kami anak-anak muda yang tergabung dalam komunitas Petani Milenial kini telah bertransformasi menjadi petani agribisnis unggul, menghasilkan pendapatan yang signifikan. Banyak dari kami yang sebelumnya menganggur kini telah menemukan pekerjaan dan sumber penghidupan baru melalui produksi minyak nilam ini,” tambahnya.
Dengan kualitas terbaik dan harga jual yang tinggi, Sandi Lonteng berharap produksi minyak nilam di Tompasobaru dapat menjadi pilar peningkatan ekonomi Sulawesi Utara.
“Jika lebih banyak pihak, baik dari pemerintah maupun swasta mau bekerja sama, potensi ini dapat digali lebih dalam. Juga bisa menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan, mengurangi angka pengangguran dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Kami punya harapan, Kecamatan Tompasobaru kini bukan hanya sebuah kecamatan, tetapi juga simbol harapan baru bagi perekonomian Sulawesi Utara lewat produksi minyak Nilam,” tukasnya.(**)